Cerita Gay Romantis dan Cerita Gay Sex di padukan ke dalam Cerita Gay Khusus Cowok yang berisi Cerita Gay Bergambar.
Episode
Sebelumnya : Revan menatap Ariel dalam. Ariel mulai merasa risih, ia sadar
bahwa Revan mulai marah karena ia mengungkit hal buruk dalam diri Revan. Dengan
kepala tertunduk, Ira dan Renata terus menggigit bibir bawah mereka. Perasaan
tak tenang merayapi hati mereka. Apa yang akan jadi hukuman mereka dan seberapa
kejamkah bu Siska ini sebenarnya? “Kalian tahu kenapa kalian di sini?” DeG!
Pertanyaan bu Siska hampir mencopot jantung Ira dan Renata. Renata yang tak tahan
sampai terduduk lemas, ambruk saat berdiri di atas kakinya yang bergetar tak
mampu menopang tubuhnya.
Love Season Episode 4
Sreet...
“Ah Van.!”
Ariel tiba-tiba berteriak merasakan tongkat di tangannya ditarik oleh sesuatu
yang besar di dalam air tersebut.
“Tarik Riiel,,
Tahan.. Tarik.. Tahan.. Tarik yang kencang..!”
<Di
Sekolah>
“Ra, gw duluan
yah..! Nat..!”
“Iya, jangan
lupa nanti yah..” balas Ira sambil melambai ringan kepada Geri, sedangkan
Renata hanya membalas dengan senyuman ringannya.
“Kok tumben yah
Sinta gk ngerocos? Padahal kan ini ultahnya Revan..” Renata mulai membuka sesi
diskusi dalam perjalanan pulang mereka. Namun Ira tidak menunjukkan reaksi sama
sekali. Hal ini menjadi semakin menarik bagi Renata. “Hayoo,, pasti ada sesuatu
niih..” lanjutnya.
“Lo mau tau?”
Ira berhenti di depan sebuah kursi taman. Setelah menarik nafasnya dalam,
perlahan Ira menduduki bangku itu dan disusul oleh Renata yang menatapnya
dengan wajah penasaran.
“Huh,,” untuk
menjelaskan hal ini bukanlah sesuatu yang mudahh bagi Ira. Ia membutuhkan
kekuatan untuk bisa tenang mengingat masalah ini.
“Gw gk tau
apa-apa.” Lanjutnya membuat Renata kecewa. Namun Renata dapat melihat sela di
matanya. Tinggal satu langkah lagi, ia pasti bisa menemukan cerita di balik Ira
dan Sinta.
“Ohiya, tadi lo
kemana waktu ninggalin gw sendirian ke kantin?” Renata punya harapan besar
kalau pertanyaan ini akan memberinya jawaban. Ia menyapu bersih mimik wajah Ira
tanpa sekalipun berkedip.
“Gw juga gk
liat Sinta di sana.” Tambahnya memancing Ira.
“Ok, lo benar.”
Ira menyerah dan mendesah untuk ke sekian kalinya.
“Tadi ceritanya
gw ngelabrak Doni. Ending gw berhadapan sama Sinta. But the game is not over
yet..”
“Ow... tapi
kenapa lo labrak Doni?”
“Ingat jamnya
pak Arman tadi?”
“Ohw,, I see..”
Renata mengangguk tanda mengerti. “Btw, kita ngapain duduk di sini ya?”
“Gw mau bahas
tentang hal itu sama lo.” Ira nampak serius menjawab pertanyaan Renata.
“Bahas apaan?”
“Menurut lo,
apa maksud Sinta ngomong ke gw klo rencana kejutan kita gk bakal berhasil?”
“Mungkin itu
Cuma gertakan buat nakut-nakutin lo. Yah, bisa jadi karena emosinya bikin dia
ngomong ngelantur.”
Ucapan Renata
mungkin benar, namun Ira masih merasa tidak tenang. “Klo mereka punya rencana
buruk gimana?” Ira mulai dalam nampaknya. Kepalanya tak mampu berpikir jernih.
“Hmh? Klo
mereka punya rencana buruk?” Renata bertanya balik seakan tak percaya
sahabatnya bertanya seperti itu. Namun melihat wajah Ira yang begitu khawatir,
terpaksa ia harus memberi jawaban. Entah apapun itu.
“Klo rencana
mereka berhasil, berarti kita udah tau siapa dalangnya. Gimana?” Renata
tersenyum puas seakan tak membiarkan sahabatnya untuk meragukan jawabannya.
“Lo benar. Tapi
gw masih khawatir.” Ucap Ira dengan wajah stressnya.
“Ayolah, Ira
kan cewek kuat. Lagian ada gw sama teman-teman yang lain kok.” Renata mencoba
menenangkan Ira, tangannya mengusap bahu Ira memberinya kekuatan. “Ohya, lagian
tadi pagi kan Doni sama Sinta kadonya udah kita terima.”
“Hah? Doni
ngasihh kado buat Revan?” teriak Ira terkejut.
“Iyyaa,. Jadi
tadi dia nitipin ke Geri gitu.”
“Lo tau gk
isinya apaan?”
“Ya, gk lah.
Masa kado buat orang mau dibuka-buka? Kan gk sopan.”
“Gimana klo
isinya teror, bom atau yang lainnya?”
“Iih,, nyantai
aja kali. Lo terlalu berlebihan. Bagaimanapun juga, kita itu teman kelas. Gk
mungkin Doni sejahat itu. Percaya deh!”
Ya, tidak dapat
dipungkiri bahwa Renata memang benar. Bagaimanapun khawatirnya Ira karena
hal-hal aneh dalam pikirannya, Ira harus sadar bahwa itu karena iia terlalu
berlebihan. Berlebihan menyukai Revan. Tapi tunggu, sejak kapan Renata bisa
ngomong bijak kek gitu?
<Di Rumah
Makan>
“Yeah!
Akhirnya!” sorak Ariel saat duduk di depan sebuah meja makan. Akhirnya ia
mendapatkan waktu makannya juga. Dan tempat makan dalam sebuah ruangan VIP. Ada
beberapa bilik VIP di sana. Salah satunya telah terisi oleh dua remaja
laki-laki itu. Nuansa romantis sengaja di seting dalam ruangan itu khusus untuk
para pengunjung VIP yang memang ingin berkencan atau berduaan saja.
“Ikannya besar
juga yah?”
“Iyah, untung
juga yah klo mancing. Heheh,,.”
“Hah, klo gk
ada gw emang lu bisa dapet ikan?” Revan mulai meledek dan menggoda Ariel.
“Ihsyy..” desis
Ariel seakan hendak melahap kepala Revan yang tersenyum menyindirnya.
“Tapi ikannya
besar gini emang bisa habis?”
“Bisa dong, kan
buat berdua.” Jawab Ariel polos. Sementara Revan mengubah mimik wajahnya
sedikit tak percaya.
“Haah.. Gw gk
suka makan ikan kali.” Sahutnya dengan mempertunjukkan wajah buruknya.
“Lah,, kok
gitu? Terus kenapa Cuma ada satu ikan di sini? Emang lo Cuma makan nasi putih?
Lagian kenapa lo harus mancing klo gk suka ikan? Kok bisa suka mancing tapi gk
suka ikan?”
“Hahaha.. tuh
kan, begonya keliahatan. Ngerocos mulu.” Revan tertawa sambil menunjuk Ariel.
Ternyata dia hanya berpura-pura.
“Ihsyy,,”
bentak Ariel memukul tangan Revan yang menunjukinya.
“Iya, lu itu
bego. Klo emang lu yakin klo yang lu pikirin itu benar, lu Cuma perlu ngomong
kesimpulannya aja. Gk perlu ngerocos panjang lebar gitu. Dasar kebanyakan langkah.
Matematika lu dapet berapa sih? Hahaha..” Revan semakin gelak tertawa.
“Gw dapet 100.
Bukannya lo ya yang dapet maksimal 60? Hellow? Pura-pura lupa yah?”
“Haha, iya juga
ya, sampe lupa. Tapi klo gw mau serius, nilai gw pasti lebih dari seratus. Dan
yang pasti, gk lelet kyak lu.” Revan mengusai sesi merendahkan kali ini. Ia
bahkan bebas memainkan jarinya di kening Ariel. Ariel tahu dia sudah kalah.
Lagi pula perutnya sudah meminta isi ulang tenaga.
“Ihsyy, udah
ah. Gw mau makan..” Ariel memukul jari rewan yang menempel di keningnya.
“Eh ntar dulu..
nyalain musik dulu.. baru makan..” seru Revan untuk menahan Ariel. Lalu ia
bangklit dan berjalan kearah sebuah meja. Di atas meja itu terlihat sebuah rak
piring hitam dan ‘?’
Ariel menatap
Revan dari belakangnya dengan rasa penasaran sekaligus heran. Sejenak Revan
memutar tubuhnya melihat Ariel. Lalu ia tersenyum puas. Wajahnya terlihat
berseri-seri melakukan hal itu. Ariel sendiri terlihat salah tingkah oleh
polahnya. Kemudian ia berbalik lagi. Tangannya memilih-milih di antara pirinh
hitam yang ada. Setelah mendapatkan satu, ia memasangnya ke ‘?’ Alunan musik
mulai terdengar. Revan kembali mendekati Ariel yang nampak terpaku.
“Woe! Ngelamun
aja. Gimana? Suka?” sahut Revan mencoba membuyarkan wajah kaku Ariel.
“Itu.. kenapa
ruangan ini kyak gini yah? Rasanya romantis banget.. maksud gw,, kenapa kita
masuk ke sini? Lilin di atas meja. Cahaya remang-remang. Serasa kyak orang lagi
kencan di drama aja. Makan di restoran yang mejanya sudah dipesan khusus untuk
berduaan...” Revan mulai menelan ludahnya sendiri. Bahkan matanya terpaksa
membulat hampir keluar.
“Lilinnya wangi
mawar, kita duduk berduaan dan berhadapan.. dan.. dan.. kamu nyalain musik
klasik yang entah apa judulnya itu. Tapi aku yakin itu buat orang yang lagi
pacaran di luar neGeri.. musiknya romantis,,”
“Kamu mau
bilang apa sih?” sanggah Revan gugup.
“Kamu gk suka
sama aku kan? Aku bukan cewek loh, Van.” Ariel terpaksa menanyakan hal itu
kepada Revan. Meskipun terdengar seperti sedang bercanda, tapi ia benar-benar
membutuhkan jawaban Revan untuk mengusir keresahannya sendiri. Sementara itu
Revan hanya diam. Ia masih memikirkan tentang apa yang harus ia jawab.
“Van?” Ariel
mengejutkan Revan yang sibuk melamun untuk menagih jawabannya yang ia minta.
“Hah?”
“Lo gk suka
sama gw kan?” Ariel seperti takut klo dia benar.
“Ngomong apa
sih lu?! Makan yuk! Laper nih.. lagian gw masih waras kali..” secepat kilat
Revan menyanggah, namun tingkhanya yang aneh sangat menunjukkan isi hatinya
yang sebenarnya. Beruntung karena Ariel juga tak ingin curiga.
Sementara itu
Revan sendiri masih bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Bagaimana isi
hatinya yang sebenarnya dapat disebutkan? Apakah itu sebuah cinta, atau hanya
persahabatan aneh yang teramat dalam? “Masa sih gw emang suka sama dia?”
dahinya mengerut. “Gk. Gk mungkin,, Gw gk boleh..” teriak batinnya.
“Oh gitu?” mata
Revan hampir keluar mendengar tanggapan Ariel yang tiba-tiba. Ia terkejut kalau
Ariel bisa membaca pikirannya.
~ To Be
Continued..~
Pre- Episode Selanjutnya : “Lu bisa baca pikiran gw?” teriak Revan terkejut.
Dalam hatinya ia merasa sangat malu dan takut ketahuan. Getaran tubuhnyapun tak
dapat disembunyikan. “Iya, gw bisa baca pikiran lo...”
Update Love Season : Love Season Episode 8
Update Love Season : Love Season Episode 8
"?"
ReplyDeleteKenapa Gan? Kok tanda tanya aja? Kalau jelek, bilang aja Gan.
DeleteGak apa-apa kok kalau jelek. Biar adminnya bisah makin giat belajar. Kalau bisa sih, tambahin sama dikit-dikit pelajaran gitu gan. Siapapun boleh kok ngajarin adminnya. Soalnya adminnya masih newbie banget. ;)
Delete