Love Season Episode 1

Cerita Gay Romantis dan Cerita Gay Sex di padukan ke dalam Cerita Gay Khusus Cowok yang berisi Cerita Gay Bergambar.

 

Halo semuanya! Maaf karena saya belum sempat meneruskan cerita Rian Sahabatku. Kali ini saya ingin mengangkat cerita semi. Saya ingin mencoba kemampuan menulis saya saja, apakah saya memang pantas melanjutkan cerita-cerita ini atau tidak. Karena saya sendiri tidak dapat menilai hasil karya saya, rasanya saya akan selalu berkata bagus. ;)

   Reminder : Nggak ada reminder kali ini. Masih romantis kok. No sex scene. Heh? Scene?



Love Season Episode 1
~03.49~

     Ariel nampak kelelahan, ia terbaring lunglai dengan nafas terengah-engah. Jantungnya kini berdegup keras setelah darahnya serasa mendidih. Kemaluannya yang baru saja tegak tegang, kini tidur kedinginan dibalut sperma hangatnya.


        Tak lama setelah membenarkan posisinya, Ariel nampak lelap dalam tidurnya. 
     
       “Tiit.. Tiit.. Tiit..” Bunyi HPnya membangunkan Ariel. Ternyata ada panggilan dari revan.

        “Kenapa?” Ucap ariel seadanya.

“Gue udah ada di depan rumah. Buruan turun!”

“Hah? Emang udah jam berapa?” Ariel sedikit kaget mendengar temannya itu sudah ada di depan rumahnya. Ia baru saja tidur pikirnya.

“Tuut.. Tuut.. Tuut.” Revan dengan cepat mengakhiri percakapan mereka. Menyadarinya, ariel melempar handphonenya lalu bergegas mandi. Setelah mandi, ia langsung menemui revan yang sudah ada di depan rumahnya. Ia bahkan tidak sarapan terlebih dahulu.

“Kok tumben jemput?” ucap ariel sambil menerima helm yang disodorkan revan.

“Hari ini ada piket, lu gk lupa kan?” balas revan.

“Ya. Itu sih gw tau. Tapi biasanya lo juga gk jemput.” Ariel semakin menjadi dengan sanggahan-sanggahannya. Namun revan memilih mengabaikannya dan menyuruh ariel diam saja dan naik ke motor besarnya.

***

~06.54~

“Tuut.. Tuut..” Bunyi Hp Ariel. Tertulis 1 New Massage from Ira.

< Di Sekolah >

“Hi, Ra!” Sahut Sinta ketika melihat ira yang berdiri di depan kelas mereka.

            “Hi..”

“Gimana surprisenya?” Tanya sinta mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

“Fine. Udah siap.” Jawab ira mantab dengan senyum berserinya.

“Nih, kado kecil buat si ganteng. Klo kamu gagal, kasih kesempatan buat aku yah!” canda sinta menyerahkan kado kepada ira.

“Haha,, bias aja kamu. Doni mau ditaruh dimana? Di Hpku?” ujar ira mengejek.

“Haha, jangan dong! Yang lain dimana?”

“Ada tuh di dalem. Masuk aja, aku mau jadi pengintai dulu.”

“Ok, Sip. Sini kadonya biar aku simpan di dalam.”

“Hmm..” gumam ira menyerahkan kado yang tadi diberikan oleh sinta.


Dengan senyum berseri dan penuh semangat, ira menunggu munculnya sosok yang dinanti-nanti oleh teman satu kelas. 2 menit kemudian (06.58), geri keluar menghampiri ira.


“Ra, gimana? Udah hamper masuk nih.” Keluh geri merasa rencana belum berhasil.

“Tunggu bentar lagi dong.” Bujuk ira.

“Hari ini harusnya revan sama ariel dating awal karena mereka ada piket kelas. Tapi kenapa malah mereka barengan telat?” ujar geri.

“Tunggu satu menit lagi deh,, Abis itu ganti plan B.” kata ira kembali membujuk.

“Ok deh.” Jawab geri kembali masuk ke kelas.


--Di Jalan < WC UMUM >--


“Van, cepetan dong. Udah jam 7 nih. Kita pasti dapat hukuman.” Sahut ariel di depan WC Umum saat melihat jam tangannya bertuliskan 07:00 AM. Sayangnya revan tak bersuara. Ariel yakin itu karena tata karma saja. Namun ariel tak mau diam juga sadar terlambat. Berselang satu menit ia kembali menyahut.


“Van, lo kenapa? Lo gk papa, kan? Tapi kok dari tadi gw gak dengar suara apapun di dalam? Suara air ataupun lo. Udah yuk, kita udah telat nih.” Tepat setelah kata-kata itu berakhir, revan keluar dari toilet tersebut. Ia sedikit menundukkan kepalanya.


Tiba-tiba ariel memegang wajahnya dan mengangkatnya. Ia melihat mata yang bengkak. Revan sepertinya habis menangis.


“Van,?” ucap ariel dengan suara terkejut yang begitu pelan tertahan. “Kenapa?” lanjutnya.

“Ayo kita pergi!” lagi-lagi revan tak menghiraukan pertanyaan ariel.

“Tunggu.” Sergah ariel. Keduanya kini terdiam.

“Tadi pagi lo bangunin gw. Lo jemput gw buat ke sekolah, tapi terjebak di sini sampai terlambat. Gw nurut sama lo, nurut banget. Tapi kenapa setiap gw nanya lo gk pernah dengerin gw. Di sini gw Ngapain? Apa gw menurut lo? Sampah? Gw kecewa sama lo.” Ariel mengeluarkan amarahnya hingga suaranya terdengar lantang dari biasanya.


Revan berbalik. Ia mengangkat wajahnya memandang wajah kesal ariel.


“Sorry Ril. Sorry karena gw, lu telat ke sekolah.” ucap revan kaku tak terbiasa.

“Bukan itu yang gw mau. Gw cuma mau tau ada apa sama lo. Klo gw ngerti semua ini, lo gk bakal denger bantahan gw. Gw pasti ikut sama lo. Lo tau itu, kan? Kita ini temenan.” Ujar ariel lebih tenang.


Melihat ariel berkata seperti itu, revan melangkah maju dan memegang tangan ariel. “Lu ngerti, kan? Klo gw bakal cerita. Tapi nanti. Kita sahabat. Gw pikir lu gk bakal lupa sama cara gw selama ini. Gw berharap lu gk lupa.” Katanya datar agak berharap. Ariel seperti masih ingin bicara, namun ia memendamnya. Merekapun melanjutkan perjalanan.

Baca juga : Cerita Gay Romantis - Obat Terindah


--Di Puncak--


   Ariel terlihat heran melihat dimana mereka sampai. Revan membawa mereka ke puncak. Disana ada suatu tempat yang sering digunakan oleh para pasangan remaja. Ada tempat duduk di bawah teduh pohon. Angin mengalir tenang, hawa sejuk yang menyegarkan. Membuat orang ingin berpelukan. Pemandangan hijau di siang hari. Malamnya gelap dihiasi pijar bintang dan kunang-kunang.


“Yuk turun!” ajak revan. Sejenak kata-kata itu tak dihiraukan oleh ariel. Ia melamunkan sesuatu. Namun kemudian ia mengembalikan kesadarannya dan merespon.

“Kita mau ngapain ke sini? Pacaran? Haha.” Candanya.

“Iya kalau kamu maunya gitu.” Sahut revqan yang sudah agak jauh dari ariel dan motor besarnya. Sejenak senyum bergaris di wajahnya. Lalu ariel mengikutinya. Duduk di sampingnya. Mereka duduk berdua menikmati suasana segar puncak.


--Di Sekolah--


“Kita akan membagi kelompok. Ada 5 kelompok. Saya ingin tahu jumlah kalian yang hadir. Mana ketua kelasnya?” pak arman mengeluarkan instruksi demi instruksinya.

“Pak, saya doni. Wakil ketua kelas. Total kami ada 32 orang. 11 orang laki-laki dan 21 orang perempuan. Hari ini 1 orang sakit dan 2 orang tidak hadir tanpa keterangan. Ketiganya laki-laki pak.”

“Kamu wakil ketua kelas? Mana ketua kelasnya?”

“Namanya revan, Pak. Ia tidak hadir tanpa keterangan. Jawab doni sekali lagi.

“Mengecewakan. Saya pikir dia yang sakit. Baiklah, silahkan tentukan kelompok kalian dan duduklah per kelompok!”


--Di Puncak--


Ariel dan revan masih diselimuti kesegaran dan ketenangan hawa puncak. Mereka duduk berdampingan. Ariel mengangkat tangannya perlahan merangkul revan. Ia membiarkan tangannya menarik menyatukan tubuh samping mereka. Ariel mencoba meresapi hangatnya tubuh revan. Membiarkan angin membawa kegelisahan mereka selama ini. Ariel menarik nafasnya pelan, mengumpulkan ketenangan untuk dapat mengeluarkan suara.


“Hufh…” hembusnya panjang dan perlahan.

“Sahabat. Kita sudah lama berkenalan. Sudah lama bersama. Aku tahu siapa kamu, kamu tahu siapa aku. Tapi terkadang kita seakan tak mau tau satu sama lain. Entah itu saat ego. Entah itu saat kita masing-masing lelah dengan dunia kita sendiri. Sahabat. Kini kau dan aku bersama. Aku merangkulmu kali ini. Mungkin esok atau nanti, kaulah yang akan merangkulku. Aku memberimu tubuh kananku. Kau memberiku tubuh kirimu. Dari semua ini kita bias belajar untuk hari esok yang lebih sulit. Untuk hari ini kita tau, perbedaan di antara kedua sisi tubuh kita tidak memisahkan kita. Kita menyatukan karena dua sisi itu. Kita merasa hangat di tengah kesejukan puncak ini. Ada saatnya satu di antara kita lemah. Berbeda saat kita sama-sama kuat. Berbeda pula saat kita sama-sama lemah. Sebagai sahabatmu. Aku mencintaimu.” Wajah mereka tak sedikitpun berpindah pandangan. Mereka menatap jauh ke depan. Menikmati suara puitis yang khas dari ariel. Cukup lama keduanya masing-masing merenung. Ariel seperti menangkap keindahan di balik matanya. Ia tersenyum penuh semangat. Ia menghadap revan yang masih melajukan pandangannya kea lam. Revan seakan tahu ia tersenyum. Ia melihat senyum itu sepintas dari ujung matanya. Revanpun tersenyum.



--Di Sekolah--


            “Stop di sini! Gw mau ngomong sama lo.” Doni menarik dalam nafasnya dan membuangnya kasar. Seorang gadis dengan rambut tertata menghalangi langkahnya dengan kasar. Doni hanya menatap gadis itu kasar…


~To Be Continued…~

Ini diah,, gimana? Episode satunya masih aman kok. Berapa jam aku menulis cerita pendek ini? Suka? komen yah, plisss.. ;)

Love Season : 
Love Season Episode 2
Love Season Episode 3

Subscribe to receive free email updates:

3 Responses to "Love Season Episode 1"

  1. Ceritanya kurang greget dehh, di buat gregett dong critanya biar asik critanya dan bisa kebawah suasana..

    ReplyDelete
  2. Ok, maaf yah kalau kurang greget. Hihihi,, biasa masih pemula. :D BTW thanks banget yah komentarnya, jadi tahu kalau ceritanya masih kurang. Oh iya, kira-kira bagian mana yang bisa admin pelajarin nih? Bantu yah.. ;)

    ReplyDelete
  3. hay guys,,,, cara mau nulis cerita seperti ini bagi mana iya caranya??? mohon info nya buat yg tau...

    thank,, salam manis dari saya DP :-)

    ReplyDelete